Banyak di antara kita yang sedari kecil didorong untuk menjadi pemenang; mulai dari ranking di kelas, makan kerupuk di agustusan dan perlombaan lain, serta dalam kehidupan ini. Bagi beberapa orang menjadi pemenang adalah menjadi juara 1 atau sebutan “Terbaik”. Juara 2 dan seterusnya atau sebutan lainnya bukanlah dianggap sebagai pemenang. Beberapa yang lain menjadi pemenang adalah saat mereka berani mencoba, meski akhirnya gagal; mengalahkan rasa takut, atau hal unik lainnya. Mungkin Anda juga perlu mendefinisikan bagaimana dan apa itu menjadi seorang pemenang.
Bagi saya menjadi pemenang dapat berarti beberapa hal. Saya bukanlah seorang yang kompetitif. Namun, jika memang saya perlu menghadapi kompetisi, saya akan berusaha lakukan dengan sebaik mungkin. Selebihnya, saya berusaha untuk melakukan yang terbaik dari diri saya, baik dalam suasana kompetisi maupun tidak. Ahaha, tentu ini adalah hal ideal yang saya percayai. Keseharian saya mungkin berbeda, bahkan saya menyediakan waktu untuk bermalas-malasan. Hanya saja, saya merasa ‘menang’ jika saya merasa bahagia dan belajar banyak atas apa yang telah saya lakukan; atas peringkat/sebutan apapun yang diberikan pada saya.
Anyway, adalah lebih baik jika kita menganggap setiap proses kehidupan adalah pembelajaran. Jika demikian, kita dapat memastikan bahwa kita tidak pernah kalah. Yang kita miliki adalah menang atau belajar banyak hal. Lagi-lagi ini ungkapan ideal. Setiap kita tentu ingin jadi pemenang; bahkan ada istilah lebih dari pemenang 😀
Gimana caranya biar kita bisa menang? Saya bagikan 2 kunci sederhana jadi pemenang yang selama ini saya percayai. Ini baru belakangan tahun saya pegang; refleksi atas kegelisahan selama ini karena kondisi-kondisi yang saya juga baru-baru alami.

- Jadi Lebih Baik dari yang Lain
Hampir semua kompetisi yang ada di dunia ini memaksa kita untuk menjadi lebih baik dari yang lain. Kita melakukan hal-hal yang mungkin tidak kita sukai untuk mampu unggul. Saat sekolah misalnya, Anda berusaha untuk bangun lebih pagi atau tidur lebih larut untuk belajar karena ingin mendapat nilai lebih baik dari teman lainnya.
Beberapa orang akhirnya mati-matian untuk menjadi lebih baik dari yang lain; terlebih saat mereka mendapat tekanan dari orang tua, teman-teman, atau pihak tertentu. Tak jarang mereka akhirnya melakukan apa saja untuk meraih hal itu; dari yang baik maupun yang akhirnya mencoreng nama mereka.
- Jadi Beda
Beberapa kompetisi mengijinkan kita untuk menjadi beda. Kita dapat mencari celah dari yang mungkin tidak dipikirkan orang kebanyakan atau malas dikerjakan oleh sebagian besar orang. Seperti membangun bisnis misalnya; beberapa orang membuat sesuatu yang unik dan akhirnya menarik perhatian banyak orang. Atau dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang dengan keanehan/keunikan/potensi yang berbeda dengan kebanyakan akan lebih mudah diingat.
Ada sebagian orang yang dikaruniai pikiran dan kemampuan, serta kepercayaan diri untuk menjadi beda. Ah tidak sebagian orang; sebenarnya semua orang. Hanya saja, jumlah manusia yang begitu banyak dan tidak menggali kemampuan dan kepercayaan diri untuk menjadi beda ini akhirnya membuat orang-orang yang berbeda menjadi tampak.
—-
Kita perlu peka terhadap konteks kompetisi yang sedang kita hadapi. Apabila memang kondisi mengijinkan kita untuk menjadi berbeda; jangan takut dan lakukanlah yang terbaik. Namun jika memang kita harus berusaha untuk menjadi lebih baik dari yang lain, teruslah berjuang.
Memang pada akhirnya apa yang kita perjuangkan akan menjadi kesia-siaan buat diri kita. Toh kita akan menutup usia pada suatu hari nanti. Tetapi setiap detik yang kita nikmati saat ini, pergunakanlah itu dengan semaksimal mungkin.
Lagi-lagi saya ingin mengutip perkataan Pramoedya Ananta Toer dalam sebuah bukunya, “Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran (kompetisi,-red), dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran (kompetisi,-red) mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran(kompetisi,-red) apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua”. Mau tidak mau, kita akan terus hadapi kompetisi dalam hidup ini; dalam bentuk apa-pun; dan kita mungkin terus ingin jadi pemenang. Ada masa kita lelah dan takut melangkah, tapi jangan berhenti berjuang. Berusahalah jadi lebih baik, atau jadi beda 🙂
Pada saatnya nanti kita akan selesai berkompetisi, semoga kita dapat mengucapkan apa yang Nyai Ontosoroh ucapkan pada Minke di akhir buku Bumi Manusia, karya Pram, “kita telah melawan (berjuang, -red) Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya”.
@yosea_kurnianto