Banyak bahasan yang saya sempat baca di timeline atau LinkedIn, fokusnya ke kenapa orang resign atau kenapa orang bertahan di sebuah organisasi/perusahaan. Kayaknya menarik juga kalau ngobrolin kenapa orang balik lagi ke organisasi/perusahaan lama setelah sebelumnya memutuskan untuk resign karena berbagai faktor.
Nah, karena penasaran apa yang kira-kira bikin orang memutuskan untuk kembali ke organisasi/perusahaan yang pernah ditinggalin, saya ieng-iseng tanya ke teman-teman lewat Instagram. Jawabannya seru-seru, ada yang serius dan ada yang kocak. Memang ‘keragaman netizen’ adalah sebuah hal yang patut disyukuri di era digital abad ini.
Sangat menarik bahwa secara keseluruhan, teman-teman memandang bahwa balik ke organisasi/perusahaan lama bukan hal yang aneh. Maksudnya adalah sah-sah saja untuk balik selama peraturan organisasi/perusahaan lama mengijinkan (dan tentu menerima kembali). Beberapa organisasi/perusahaan membuat kebijakan untuk tidak menerima kembali karyawan yang sudah mengundurkan diri, atau diijinkan bergabung kembali setelah sekian tahun mundur.

Baiklah, saya mulai dulu dari beberapa jawaban kocak teman-teman, paling sering muncul adalah CLBK (cinta lama belum kelar) baik sama organisasi/perusahaannya atau sama seseorang di kantor lama. Selain itu ada yang menjawab ‘baru sadar ternyata sayang’, ‘ternyata mantan lebih baik’, ‘masih digantung pas keluar, jadi penasaran’, ‘masih sama-sama suka’, dan ‘selama kamu bahagia, apapun boleh’. Hahaha, ngga ada jawaban yang salah sih, cuma cukup lucu karena media ini bikin saya baca komentar / jawaan dengan menirukan gaya orang yang mengirimnya.
Anyway, beberapa jawaban yang serius ini menarik dibahas. Kalau saya bikin kategori, kira-kira ada 5 hal yang bikin orang memutuskan untuk mau balik ke organisasi/perusahaan lamanya:
- Baru Sadar Salah Ambil Keputusan
Beberapa orang mengambil keputusan untuk mengundurkan diri / resign dalam kondisi emosional yang kurang stabil. Misalnya karena bertengkar atau tekanan dari atasan, rekan-kerja, ‘workload’ besar dengan apresiasi/gaji kecil – ditambah kesempatan, tawaran, atau iming-iming remunerasi dari organisasi/perusahaan lain. Karena emosi yang kurang stabil, organisasi/perusahaan yang dituju juga akhirnya ‘seadanya’ dengan tidak menimbang berbagai faktor (yang penting cepat keluar). Akhirnya di organisasi/perusahaan yang baru pun tidak menemukan apa yang dicari (karena pindah tanpa tujuan yang jelas) dan bahkan mengalami permasalahan yang sama. Beberapa orang yang berpikir ulang atau menyesal karena salah ambil keputusan untuk mengundurkan diri bisa jadi memilih untuk kembali.
- Permasalahan yang Sudah Beres
Banyak orang sebenarnya loyal dengan organisasi/perusahaannya, tapi keputusan untuk mengundurkan diri akhirnya diambil justru karena masalah sehari-hari, termasuk hubungan dengan atasan dan rekan kerja. Beberapa teman cerita bahwa mereka bakal mempertimbangkan atau mengambil keputusan untuk kembali ke organisasi/perusahaan lama karena permasalahan yang membuat mereka keluar sudah beres. Sebagai contoh, salah satu rekan memutuskan kembali setelah mendengar bahwa atasan yang ‘menguras’ emosi-nya sudah resign atau pensiun.
- Mendapatkan Apresiasi Lebih Besar
Agak klasik, tapi menurut saya cukup valid. Beberapa orang loyal dengan perusahaan dan atasan/rekan kerja; tapi pekerjaannya yang cukup banyak tidak dibarengi dengan apresiasi (gaji/benefit) yang cukup atau kesempatan pengembangan diri lainnya; akhirnya melirik/dilirik perusahaan lain dan pindah supaya mendapat apresiasi lebih besar. Nah, organisasi/perusahaan lamanya kemudian berusaha untuk menawarkan ‘paket’ yang lebih layak untuk menarik kembali orang tersebut karena dinilai cukup banyak berkontribusi dan cocok dengan budaya organisasi/perusahaan yang sudah dibangun. Atau sebaliknya, beberapa karyawan juga ada yang dengan sengaja mengajukan negosiasi kembali setelah keluar.
- Budaya Perusahaan Lama Lebih Nyaman
Beda organisasi/perusahaan bakal beda ‘cara mainnya’, apalagi juga beda industrinya. Pemahaman soal pentingnya keselarasan ‘personal values’ dan ‘organisation / company values’ bakal membantu orang mengambil keputusan untuk berkarya di mana. Budaya organisasi / perusahaan yang diimplementasikan lewat simbol (logo, warna), bahasa (gaya komunikasi), artifak (ruang kerja), ritual (aktivitas / perayaan), dan lain sebagainya perlu disesuaikan dengan preferensi pribadi. Ada perusahaan yang memberikan gaji tinggi, tapi gaya kepemimpinannya kurang egaliter – atau lain sebagainya. Buat beberapa orang mungkin kurang cocok dan justru akhirnya kurang nyaman saat berkarya. Orang yang ‘kecele’ dengan budaya organisasi/perusahaan barunya akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat lama karena punya pengalaman budaya yang lebih baik.
- Kesempatan Berkontribusi Lebih Banyak
Kontribusi lebih banyak bisa didapat dengan otoritas/jabatan lebih tinggi, atau flexibilitas struktur kerja yang mengijinkan kita terlibat dalam beberapa proyek sekaligus / berkesinambungan. Tawaran untuk kontribusi lebih besar di perusahaan lama bisa jadi faktor kuat bagi orang-orang yang sebelumnya merasa tidak punya kesempatan untuk kontribusi untuk kembali ke organisasi/perusahaan lama. Biasanya kesempatan kontribusi lebih banyak ini dibarengi dengan apresiasi yang lebih besar karena tanggung jawabnya bakal berkembang.
Kira-kira itu 5 alasan orang mau balik lagi ke organisasi/perusahaan lamanya, hasil ngobrol dengan teman-teman lewat Instagram. Kalau kamu memutuskan balik, kira-kira apa alasannya?
@yosea_kurnianto
Yang poin 1 sering banget ditemui tuh. Karyawan ybs. sudah kesal dengan tempat kerja saat ini lalu pindah ke tempat kerja lain, eh ternyata di tempat yang baru juga malah lebih banyak faktor-faktor yang bikin dia kesal sendiri :p