Segala dengan kata ‘terlalu’ memang kurang baik; meski kadang harus kita lakukan. Dalam konteks ini adalah terlalu cepat, karena aku baru bergabung ke PwC Consulting Indonesia di tanggal 2 Juni 2017 kemarin. Hari ini, 4 September 2017 aku menjejakkan kaki dan melangkah pamit setelah 3 bulan belajar banyak hal baik mengenai project yang aku tangani maupun dunia consulting. Bukan tanpa alasan, tapi memang semuanya terjadi begitu cepat – dan mungkin memang harus terjadi (ceile :D).
Tahun lalu aku sempat mendaftar beasiswa The Chevening Awards dari Pemerintah Inggris yang baru bulan Maret awal ini aku diundang interview. Setelah itu memang aku tidak mengharapkan apa pun, karena selama ini aku mendengar beasiswa yang prestigious itu sangat selektif dan susah dapetnya. Akhirnya waktu ada kesempatan dari PwC Consulting untuk menjadi salah satu People & Organization Consultant, atas saran beberapa mentor, aku memutuskan untuk bergabung. Dhuaaar! Di minggu ketiga aku mulai bekerja, ada email masuk: aku mendapatkan beasiswa tersebut. Okay, cerita detil soal proses penantian panjang Chevening Awards akan aku ceritakan di tulisan lain.

Paling tidak ada 2 hal yang selalu aku cari dalam kehidupan bekerja (selain remunerasi): project/pekerjaan yang menantang dan leader + tim yang seru, open minded, dan ga baperan. Nah, dalam 3 bulan ini, aku mendapatkan kehormatan dan merasa sangat beruntung bergabung dalam tim yang membantu proses transformasi budaya organisasi dari bank sentral di Indonesia karena 2 hal tadi aku dapatkan. Dalam waktu yang singkat ini, aku merasa bertambah sedikit banyak pengetahuan mengenai kebanksentralan (karena client) dan juga terkait proses dan ‘ugarampe’-nya consulting. Tentu aku belum merasa puas, karena masih banyak hal yang aku harus aku pelajari untuk mampu memberikan pelayanan yang ‘excellent’ sebagai seorang konsultan.
Kalau di awal masuk PwC Consulting, kita akan dapat 1 orang Coach (biasanya level Manager atau Senior Manager) dan 1 orang Buddy (biasanya setara). Coach akan membantu kita mengembangkan diri terkait pekerjaan dan jalur karir. Sedangkan Buddy akan sangat membantu kita untuk proses onboarding, karena selain bisa diajak ngobrol dan dimintai bantuan di awal-awal, penting juga untuk jadi sumber ‘informasi ga penting’ lainnya – you know what I mean yah. Hahaha.
Nah, melihat project di mana aku bergabung, project leader yang memimpin timku, coach yang aku dapat, dan buddy yang membantuku; banyak rekan menyampaikan bahwa aku ada dalam lingkaran yang mantap untuk memulai perjalanan di PwC Consulting.

Dalam perjalanan sejauh ini, sebenarnya aku belum pernah ter bayang akan gabung di PwC Consulting Indonesia; lagi-lagi aku merasa cuma orang-orang pintar dan canggih yang bisa masuk firm ini. Sedangkan aku: cuma percikan bunga rumput yang bikin orang bersin. Tapi thanks to God kalau recruiter PwC mungkin salah rekrut aku, jadi aku bisa merasakan bagaimana menjadi bagian tim dari PwC Consulting. Hehehe.
Anyway, terlalu cepat berpisah. Tapi aku perlu pamit dulu untuk mencari bekal buat perjalanan jangka panjang nantinya. Minggu depan, aku akan mulai menempa diri belajar MSc Human Resources Management & Industrial Relations di Manchester Business School, University of Manchester selama 1 tahun. Seusai kuliah, kalau semesta mengijinkan, siapa tahu bisa jumpa teman-teman PwC Consulting lagi. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Yang bisa aku sampaikan sekarang: terima kasih banyak PwC Consulting Indonesia!
@yosea_kurnianto