Catatan singkat:
Aku sempat kesal dengan waktu. Keangkuhan yang disebutkan bahwa ia mampu memberikan jawaban atas kegelisahan anak-anak manusia membuatku gerah. Banyak kudengar nasihat, ‘biarkan waktu yang mengobati’ atau ‘ini belum tepat waktunya’. Seakan waktu jauh punya kuasa di atas kehendak-kehendak manusia. Yah, apalah manusia, yang bahkan hidupnya juga akan hilang dilenyap waktu.
Sejauh ini, aku merasa banyak ditekuk oleh waktu. Beberapa harapan yang muncul tenggelam seketika karena waktu. Permainan ini, atau apalah ini namanya, sungguh tak menarik dan banyak membuang energi karena perjalannya sepotong-sepotong. Terlebih kalau aku melihat orang lain yang tampaknya waktu lebih bersimpati padanya: apa yang dia dambakan langsung terlaksana. Aku bahkan sempat protes atas ketidakjelasan maksud dari waktu. Tapi ia bahkan tampak tak mendengarkanku.

Entah kapan aku dapat mengerti secara utuh kehendak waktu. Mungkin saat aku sudah berusia. Atau bahkan ketika nafas tiada aku tak juga mampu memahaminya. Seandainya waktu bisa berkata-kata dengan bahasa yang aku juga kuasa, mungkin aku tak perlu berkeluh. Tapi mungkin juga ini yang ia maui dariku.
@yosea_kurnianto