Beberapa di antara kita takut mendapatkan kemarahan besar dari orang tua atau guru ketika kita melakukan kesalahan saat kita masih kecil. Alih-alih ditanya mengapa atau bagaimana bisa kita melakukan kesalahan tersebut, mereka menyiapkan tongkat atau penggaris untuk menghajar kita. Alhasil, beberapa di antara kita terbiasa menyembunyikan kesalahan dan tidak mau mengakuinya, karena kemarahan dan perasaan malu akan menyerang kalau orang lain tahu kesalahan kita.
Hari demi hari kulewati, memang akhirnya aku tersadar bahwa aku juga sering berusaha tidak mengakui kesalahan dan hanya diam. Hingga akhirnya aku memahami bagaimana orang bisa belajar dari kesalahan yang ia buat. Ya, orang bisa banyak belajar bahkan mampu hidup lebih baik saat ia mau belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah ia buat. Bagaimana caranya?
Tentu pertama kali yang perlu dilakukan untuk belajar dari kesalahan adalah bahwa kita sadar telah melakukan kesalahan tersebut. Banyak orang melakukan hal yang kurang/tidak tepat, tapi tidak merasa dirinya salah. Kesadaran akan konteks tingkah langkah kita menjadi kunci bagaimana kita bisa banyak belajar dari kehidupan, terutama dari kesalahan yang kita buat. Langkah selanjutnya setelah menyadari kesalahan kita adalah mengakuinya dan meminta maaf kepada pihak-pihak yang mungkin dirugikan atas kesalahan kita. Baru akhirnya kita tahu dimana kesalahan kita dan bagaimana kita belajar darinya.

Mengakui kesalahan dan meminta maaf akan menunjukkan bagaimana lemahnya kita sebagai manusia, tetapi di sisi lain, menunjukkan bagaimana kita kuat menjalani kehidupan. Tidak ada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup mereka; tapi mungkin ada beberapa orang yg tidak pernah mengakui kesalahan mereka dalam sebagian besar hidupnya. Bukan karena ia memang benar, tapi ia merasa yang paling benar.
Di organisasi dimana aku sekarang belajar dan bertumbuh, sudah sering aku mendengar ucapan maaf dari atasan dan bahkan top leaders untuk hal-hal kecil yang mungkin secara tak sengaja mereka lakukan. Aku juga menjumpai pemimpin banyak organisasi lainnya yang tak segan meminta maaf, meski banyak juga yang tidak. Lantas, apa yang membuat beberapa leaders tersebut mau dengan rendah hati meminta maaf, meski kepada orang yang jauh lebih muda dari mereka?
Berikut ini berkiraan yang aku buat, beberapa hal di bawah ini mungkin menjadi bagian dari kehidupan mereka, yang akhirnya secara rendah hati mau mengakui kesalahan dan meminta maaf:
1. Kesadaran bahwa mereka perlu terus belajar dalam kehidupan.
Mereka sadar bahwa hidup adalah proses pembelajaran yang belum selesai. Orang akan semakin cepat belajar kalau mereka merasa bahwa mereka belum sepenuhnya tahu benar tentang apa dan bagaimana menjalani kehidupan yang kompleks dan penuh ketidakpastian.
2. Kesadaran bahwa sumber belajar berasal dari banyak hal, terutama kesalahan dirinya.
Baik itu kesalahan terhadap atasan, bawahan, atau orang lainnya; kesalahan tetaplah kesalahan dalam konteksnya. Manusia hidup dalam multikonteks. Dalam setiap konteks, kita dapat belajar banyak hal baik dari kontribusi kita ke dalam konteks tersebut, atau bahkan kesalahan yang kita buat dalam konteks tersebut.
3. Pengalaman mendapat permintaan maaf dari pendahulunya.
Aku percaya setiap leaders memiliki sosok yang ia kagumi atau anut, paling tidak mungkin atasannya yang dulu. Manusia menangkap apa yang terjadi di sekelilingnya, terutama yang terjadi pada dirinya. Apabila mereka tumbuh dan belajar dari orang tua atau pimpinan sebelumnya yang juga tidak segan meminta maaf, mereka dapat meniru apa yang terjadi padanya.
4. Kesadaran bahwa mereka sadar.
Kalimat ini terdengar aneh. Tapi tampaknya ini yang menjadi pemikiran aku hari-hari belakangan. Aku mengamati ada beberapa leaders yang benar-benar sadar keberadaannya akan mempengaruhi kehidupan orang lain, ada beberapa yang tidak. Mereka yang berani mengakui kesalahan dan meminta maaf aku rasa memiliki kesadaran yang cukup tinggi tentang kesadaran mereka. Entah apakah kata ‘MINDFULNESS’ atau mungkin high degree of ‘Consciousness’ dapat menggambarkan kondisi ini, tapi menurut aku, kesadaran tiap orang memang berbeda-beda.
Empat poin di atas sangat tidak ilmiah dan terlalu teoritis atau kualitatif. Tapi paling tidak aku sedikit berefleksi atas bagaimana orang-orang yang aku hormati dan kagumi berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. Hal ini tentu akan banyak mempengaruhi hidupku ke depan. Aku akan semakin banyak belajar mengakui kesalahanku dan meminta maaf.
Aku bersyukur berada dalam sistem/organisasi yang tidak membuatku takut untuk mengakui kesalahan. Bukan karena hukuman atau tidaknya, tetapi kesadaran akan adanya kesempatan belajar dari setiap yang terjadi. Aku tahu, aku bisa berusaha meminimalisir resiko dari setiap kesalahan yang aku mungkin buat; tetapi aku harus tetap menghadapi setiap konsekuensi dari setiap hal yang berhubungan dengan diriku. Konsekuensi utama dari setiap itu adalah bahwa aku harus terus belajar dari setiap proses yang terjadi, baik itu kontribusiku atau kesalahanku.
@yosea_kurnianto